Situs Informasi Tempat Wisata, Sejarah, Dan Seni Budaya Di Kota Cianjur

Wednesday, January 17, 2018

Sejarah Singkat Pondok Pesantren Gelar di Cianjur


 Pondok pesantren GELAR Cianjur - berdiri pada th. 1932 M/H oleh Pengersa MAMA KH. AHMAD SYUBANI bin HUSNEN (Ibu Titel Pertama) beliau dari KaduPandak, Cianjur Selatan beliau, terkecuali berpendidikan resmi juga mondok di sebagian pesantren.
Salah satunya pesantren Gentur, yang terdapat di desa Gentur Warung Populer yang pada saat di pimpin serta diasuh oleh PANGERSA MAMA KH. AHMAD SATIBI (PANGERSA MAMA GENTUR) diluar itu pondok Pesantren Cibitung Bandung yang di pimpin serta diasuh oleh KH. Ilyas (MAMA Cibitung).

Presiden RI Jokowi Sedang Mngunjungi ponpes GELAR

Beliau menikah dengan HJ. Aisyah Putri pertama dari MAMA KH. Ibrahim pimpinan serta pengasuh pondok pesantren Peuteuy Cenderung, dari pernikahannya beliau dikaruniai anak 6 putra-putri, 3. Serta selanjutnya beliau pulang ke rahmatullah pada hari Ahad jam 17. 30 WIB pada tanggal 8 Romadhon 1395 H/14 September 1975 M.

Lalu pondok pesantren GELAR dilanjutkan oleh putra pertamanya yang bernama KH. Zein Abdossomad (PANGERSA MAMA GELAR) MAMA GELAR lahir di Peteuy Condong Lebak,
Menurut pimpinan pondok pesantren Al, Inaabah Aang Zein saat media berkunjung ke pondok rabu 01/03 beliau mengemukakan,

Untuk wujudkan serta melakukan harapan serta pekerjaan beberapa leluhurnya dalam siar islam, Ia lebih memprioritaskan ke dzikir doa serta sholawat dalam mengaplikasikan pendidikan keimanananya.

Diluar itu dalam melakukan siar nya kemasyarakat dikerjakan dengan persuasif untuk menjangkau ketenangan serta ketentraman jiwa umatnya. Menurut dia, Saat solawat dikumandangkan dilingkungan orang-orang telah pasti ketentraman serta ketenangan jiwanya juga akan terbangun. Nah ajaran berikut yang senantiasa MAMA Sampaikan pada kami katanya.

Terkecuali membuat alur dakwah serta solawat yang dimaksud MAZHOLAT (majelis sholwat) yang dibangun pada th. 1990. pesantren Al, Inaabah ikut juga melindungi serta menghormati ajaran kebiasaan serta budaya khusunya sunda.


Bahkan juga menurut Aang, terkecuali keagamaan yang ditanamakan, budaya juga bisa membuat tingkah laku orang-orang yang positif. Apa sekali lagi bila kita tujukan lebih dalam proses kongkritnya yaitu turut melakukan pemberdayaan orang-orang, sekalian memupuk arena bersilahturahmi, jadi, di dalam pondok kita bina dengan keagamaan namu saat terjun dimayarakat kita mewujudkan dalam solawat serta pemberdayaana orang-orang, tutur sembari tersenyum.

Disinggung mengenai budaya. Aang Zein memiliki pendapat kalau agama serta budaya mesti dilselaraskan atau diseimbangkan. untuk menjaganya, kita mesti kembali ke pesan beberapa leluhur kita. Kita sifatnya mendidik mengarahkan menuntun. untuk terwujudnya ketenangan serta ketentraman hati. Dengan memprioritaskan normatif agama.

Terutama zaman saat ini budaya dikita telah hapir terkikis oleh kebiasaan serta budaya luar serta kita mesti kembali pada histori serta jangan sampai bangga dengan budaya luar, karna Cianjur sendiri telah miliki ciri ” Tatar sunda kota santri “, mari kita kembali. pungkas Aang Zein pada wartawan.

Best Regard....
Muhammad Dodi Septiana

No comments:

Post a Comment